Sabtu, 06 Oktober 2012

Museum BLIKON BLEWUT

Museum Blikon Blewut
Museum Blikon Blewut berada dia area STFK Ledalero, tepatnya Sekolah Tinggi Filsafat Katolik di Ledalero. Museum ini terletak di atas perbukitan Kecamatan Nita, 6 km ke arah selatan Kab. Sikka dan berada di perlintasan jalan antara Maumere menuju Ende. Asal museum sangat terkait dengan kegiatan dari tatanan internasional SVD (Societas Verbi Divini) misionaris di awal abad 20. Sebagai misionaris SVD banyak yang ahli di bidang sejarah, linguistik, dan antropologi, mereka mulai mengeksplorasi harta karun masa lalu budaya Flores . Museum Blikon Blewut adalah museum terbesar dan terlengkap di Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) yang menghimpun berbagai fosil dan artefak dari zaman batu,megalitikum, dan artefak kesenian lainnya dari berbagai kultur. Kata Blikon Blewut sendiri mempunyai arti “sisa-sisa dari yang punah”. Pengumpulan benda-benda purba dimulai oleh Pater Verhoeven SVD pada tahun 1965, kemudian dilanjutkan Pater Piet Petu SVD pada tahun 1980-an. Promotor Blikon Blewut terbesar adalah Dr. P. Th. Verhoeven SVD yang mulai mengadakan penelitian dan ekspedisi-ekspedisi penggalian sejak tahun 1950. Tokoh-tokoh lain yang ikut menggali barang-barang prasejarah dan sejarah ialah Mgr. van Bekkum SVD, Pater Mommersteeg SVD, van Heekeren (Kepala Dinas Purbakala Jakarta di saat itu), Pater Darius Nggawa SVD, Fr. Nurak dan sebagainya. Sedangkan khusus di Timor, sebelum Pater Verhoeven dkk. sudah pernah diteliti oleh Fritz Serasin pada tahun 1934 dan YA. Willems pada tahun 1938. Pater Verhoevera, Pater Piet Petu SVD melanjutkan karya besar itu dengan mengumpulkan barang-barang purbakala lainnya dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor. Pater Piet Petu SVD pulalah yang selanjutnya memverifikasinya yaitu mencari hubungan kausalnya. ia menyimpan buah terus terakumulasi dari usahanya di Seminari Todabelu di Kabupaten Ngada, di mana pada saat itu objek mendapat perhatian yang relatif sedikit. Pada pertengahan 1970-an, obyek dipindahkan ke Ledalero Seminary di Maumere, tapi itu tidak sampai tahun 1983 bahwa Blikon Blewut Museum memperoleh signifikansi: salah satu mantan anggota Verhoeven ini ekspedisi, Piet petu SVD, orang Papua menjadi dosen dalam sejarah budaya di Ledalero Seminari. Berkat inisiatif, obyek dikumpulkan selama bertahun-tahun oleh para misionaris SVD yang berbeda disajikan dan dipamerkan di sebuah bangunan kecil di Seminari Ledalero dengan cara terstruktur sehingga koleksi akhirnya bisa disebut sebuah museum. Itu juga Piet petu SVD yang menyarankan penamaan museum Blikon Blewut. Nama ini berasal dari sebuah ayat kuno bahasa ritual Sikka tentang penciptaan alam semesta. Seperti banyak benda museum dipamerkan mencapai kembali jauh ke sejarah, nama cocok museum sempurna. Dari hasil penelitian dan penggalian di Flores, Sumba, dan Timor Pater Verhoeven mengadakan hubungan dengan para ahli di Eropa. Mereka mempelajarinya dan menganalisia benda-benda penemuan yang diserahkan Peter Verhoeven. Kemudian mempublikasinya dalam beberapa majalah ilmu pengetahuan seperti Antropos (Internasional) dan juga beberapa kali termuat dalam Majalah Berita MIPI. ISI Museum BLIKON BLEWUT : Menurut Pater Piet Petu SVD, barang-barang yang dikumpulkan itu,selain dicari sendiri, tetapi ada juga yang dibawah sendiri oleh orang-orang untuk menjualnya. Pater Piet Petu membeli dengan kemampuan yang ada. Kalau terlalu mahal tak dibelinya. Semuanya diproyeksikan sebagai medium ilmu pengetahuan. Alat-alat Kebudayaan Pra-Sejarah Zaman Batu Flores: Zaman Paleoliticum atas; ZamanPakoliticum tengah; Zaman Paleoliticum bawah. Barang-barang berupa chop­per, chopper tool, hand adze.Semuanya berjumlah 70 buah; Zaman Mesoliticum, berupa ujung panah berkait, kapak, ujung tombak boor besar, yang semuanya berumlah 15 buah. Berikut alat-alat dan kulit siput berupa pijpunten, blades, dan perhiasan yang berjumlah 20 buah, Selajn itu juga tembikar dari Liang Toge. Zaman Perunggu, berupa dolok perunggu (satu-satunya yang terdapat di Indonesia), gong, moko, gelang, pattung anjing, tempat sirih, dan manik-manik berjumlah 10 buah. Fosil-fosil atau alat-alat dari Kebudayaan Sangiran dan Pacitan berjumlah 128 buah. Zaman Batu Eropa berjumlah 80 buah (Abbevillen-Auriguneian‑ Clactonien-SoIutrean-AehenIeen-Magdalenien-Monsterien-Mi-,crolith). Jugs alat-alat Neolithis dan perhiasan dari Afrika berjumlah 24 buah. Batu-batu mulia, yang besar berjumlah 71 buah dengan perincian bahwa ada beberapa berasal dari batang kayu yang membatu. Permata berjumlah 45 buah yang diambil dari Lehrmittel-Anstalt Janger Eisenblute-Erzberg; Erzbergit-Erzberg; Edelopal-Mexico; Turmalin dan Achat Gefarbt (Brasilien) Manik-manik. Ada yang berbentuk bulat dan ada yang bulat panjang. Diperkirakan berasal dari Roma, Mesir, dan India. Benda-benda Porselen Benda-benda porselen berupa piring-piring, patung ayam dan sebagainya berjumlah 80 buah. Dikirakan berasal dari Zaman Ming dan Zaman Jung (dari kubur Berloka-Werloka). Alat-alat Musik Alat-alat musik dari Flores dan Timor berupa macam-macam staling, robo, bo gena, for dogo, hake, hoi, woi mere (semacam gitar dari Timor), fekodan sebagainya berjumlah 90 buah. Tenunan, anyaman, dan ukiran Tenurian berupa sarung-sarung dari Flores dan Timor. Anyaman berupa tempat sirih, tempat tembakau, keranjang dan tempat kapur sirih. Ukiran berupa empat papan berukir dari Ngada, ukiran patung dari Irian Barat. Semuanya 90 buah. Fauna Fauna praehistoris berupa Stegedon florensis dengan banyak geligi dan tulang-belulangnya. Spelaemys floorensis Hooijer, Papagomys arrnanvillei, geligi hayfish, geligi ikan yu (hiu), geligi Boa lezafarit, Papagomys verhoevani Hooijer. Sedangkan fauna belakangan adalah kura-kura, macam-macam siput, dan kupu-kupu. Selain itu terdapat juga dua buah kumbang dari Sikka, dua kumbang sedang, 2 kumbang kecil, pakaian dan gendang Irian Barat. Bagaimana menuju ke sana… ?? Anda bisa menggunakan kendaraan angkutan umum dari kota maumere menuju museum BLIKONBLEWUT dengan lama perjalanan sekitar 30 menit hanya dengan 3000 rupiah (survei terakhir tahun 2011), dikarenakan angkutan umum selalu berhenti untuk mencari penumpang selama perjalanan, sedangkan jika anda menggunakan kendaran pribadi roda dua atau roda 4 bisa ditempuh hanya 20 menit. Bagaimana …??? Tertarik dengan kebudayaan daerah kita sendiri ??? Sempatkan diri untuk ke museum ini. Cinta Indonesia dapat dimulai dengan mengenali Indonesia. Mengenali Indonesia dengan cara mengunjungi tempat-tempat indah dan unik sepanjang Sabang-Merauke. GAMBAR_GAMBAR di Museum BLIKON BLEWUT Sumber : www.sikkakab.go.id www.florestourism.com

0 komentar:

Posting Komentar

God Blessing .... !!! Tiada kesan tanpa meninggalkan Jejak ...!!!

KOmentar FACEBOOK