Sabtu, 01 Juni 2013

Indahnya Kampung adat Takpala, ALOR-NTT

Letaknya di perbukitan, tepatnya di desa Lembur Barat Kecamatan Alor Tengah Utara. Takpala merupakan kampung tradisional suku Abui asli yang masih kental dengan adat istiadat. Dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh 30 menit dari Kalabahi. Keunikan budaya yang ditampilkan berupa ritual adat dan atraksi budaya.
Pengunjung yang datang akan disugukan pemandangan alam teluk Benlelang dan Rumah-rumah Adat yang unik dan masih tradisional di perbukitan yang spektakuler. Tenun ikat, Anyam-anyaman bambu, Klewang, Busur dan Anak Panah, serta ukiran-ukiran unik khas Takpala bisa dibawah pulang oleh pengunjung sebagai cinderamata.


Selayang Pandang

Kabupaten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia. Salah satu pulau di kabupaten ini, Pulau Alor, berbatasan langsung dengan Timor Leste (http://id.wikipedia.org). Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran Magelhaens ketika mengelilingi dunia. Dikisahkan, setelah membeli rempah-rempah dari Maluku dan sebelum kembali berlayar ke Eropa, kapal Victoria yang ditumpangi Magelhaens sempat singgah di Alor pada 12 Januari 1522 (www.alorkab.go.id). Kabupaten Alor menyimpan banyak potensi yang masih alami, terutama potensi kelautan yang menjadi aset wisata andalan kabupaten yang wilayahnya berwujud kepulauan ini.
Para Turis Asing yang Berkunjung ke Takpala
Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini memiliki pesona taman bawah laut yang menurut Karl Muller dalam buku "East of Bali: From Lombok to Timor" (1991), termasuk salah satu taman bawah laut berkelas dunia (www.alorkab.go.id). Bahkan, Taman Laut Alor disebut-sebut sebagai taman bahwa laut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia di benua Amerika (www.katcenter.info). Namun, pariwisata Kabupaten Alor ternyata tidak hanya mengandalkan dari sektor wisata bahari saja. Terdapat sejumlah potensi wisata budaya yang juga menjadi kebanggaan kabupaten yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa ini. Salah satu yang obyek wisata nonbahari yang paling banyak dikunjungi adalah Kampung Tradisional Takpala yang berlokasi di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, NTT. Desa wisata Takpala telah dikenal dunia dan hampir setiap hari ada wisatawan yang datang berkunjung, khususnya turis asing (www.pos-kupang.com). Kampung Takpala terletak di lereng bukit pada ketinggian kurang lebih 150 meter di atas permukaan laut (www.arsitekturntt.com). Kampung Tradisional Takpala menjadi aset wisata yang sudah dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten Alor sebagai cagar budaya.

Nuansa pemandangan yang tersaji di Takpala cukup menarik karena desa ini menghadap ke laut (www.pauluswiratno.com). Dari perkampungan ini, Anda dapat menikmati keindahan Teluk Benlelang dan lingkungan sekitarnya. Sesampainya Anda di Kampung Tradisional Takpala, Anda akan disambut dengan Tari Lego-Lego oleh penduduk setempat. Tarian khas Takpala ini dilakukan secara massal dengan bergandengan tangan secara melingkar. Para penari Lego-Lego memakai busana adat, sementara rambut kaum perempuan dibiarkan terurai. Di kaki para penari, dipasang gelang perak yang akan memantulkan bunyi gemerincing jika digerakkan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Tetabuhan gong dan gendang dari kuningan atau moko mengiringi polah para penari yang bergerak rancak sambil mengumandangkan lagu dan pantun dalam bahasa adat setempat.

Tari Lego-Lego
Tari Lego-Lego
Biasanya, Lego-Lego ditarikan selama semalam suntuk. Anda dan para pengunjung lain pun bisa turut menari bersama warga masyarakat Kampung Takpala. Menurut tetua adat setempat, Lego-Lego yang menjadi tarian khas Suku Abui, warga asli Takpala, merupakan lambang kekuatan persatuan dan persaudaraan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Dalam legenda dikisahkan bahwa Suku Abui adalah pendiri kerajaan tertua yang pernah ada di Alor, yaitu Kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor

Tari Lego-Lego dilakukan dengan mengelilingi tiga batu bersusun berbentuk lingkaran yang disebut mesbah. Konon, mesbah dibangun masa prasejarah dengan mengorbankan kepala manusia sebagai tumbal. Persembahan kepala manusia itulah yang membuat mesbah menjadi dikeramatkan (www.katcenter.info). Ketiga mesbah yang disakralkan itu melambangkan tiga kelompok yang terdapat dalam Suku Abui, antara lain Suku Kapitang yang merupakan suku perang, Suku Aweni yang terdiri dari kaum raja/bangsawan, dan Suku Marang atau suku perantara. Setiap suku memiliki wewenang sesuai kedudukannya masing-masing. Biasanya, ketiga kelompok suku ini saling berinteraksi saat menjalankan suatu pekerjaan. Misalnya, sebagai suku raja, Suku Marang memberi perintah kepada Suku Aweni untuk disampaikan kepada Suku Kapitang agar pergi berperang (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).

Keistimewaan

Selain Tari Lego-Lego, yang menjadi daya tarik Kampung Takpala adalah rumah-rumah tradisional Suku Abui yang biasa disebut dengan nama Rumah Lopo. Anda bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat keunikan rumah adat yang masih digunakan sebagai tempat tinggal tersebut. Rumah adat yang masing-masing dihuni oleh sekitar 13 kepala keluarga itu terdiri dari dua jenis rumah, yakni Kolwat dan Kanuruat. Rumah Kolwat terbuka untuk umum, siapapun boleh masuk termasuk anak-anak dan perempuan. Sedangkan yang boleh masuk ke rumah Kanuruat hanya kalangan tertentu. Anak-anak dan perempuan dilarang keras memasuki rumah Kanuruat, jika dilanggar akan menimbulkan penyakit di mana proses penyembuhannya harus dilakukan dengan upacara adat (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).

Rumah adat Takpala terbuat dari bambu dan berbentuk piramida, beratap alang-alang, serta disangga oleh 6 tiang yang terbuat dari kayu merah. Di bagian atas rumah terdapat ornamen berbentuk tangan terbuka sebagai simbol permintaan berkat kepada Yang Maha Kuasa. Setiap Rumah Lopo memiliki tiga lantai. Lantai paling bawah berfungsi sebagai dapur dan ruang tidur, lantai dua digunakan untuk menyimpan jagung atau bahan makanan lainnya, dan apabila lantai dua sudah penuh, bahan makanan itu bisa disimpan di lantai tiga yang juga berfungsi sebagai gudang. Lantai dua juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang datang. Bisa jadi, oleh pemilik rumah Anda akan dijamu dengan segelas kopi manis (www.ascensionatsea.net).

Rumah Adat Takpala
Rumah Adat Takpala

Lantai paling atas juga sering dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang berharga, termasuk untuk menyimpan moko atau nekara. Moko adalah gendang dari kuningan yang merupakan warisan budaya perundagian dari zaman perunggu (diperkirakan antara tahun 1.000 hingga 500 Sebelum Masehi). Selain digunakan untuk mengiringi Tari Lego-Lego, moko juga berfungsi sebagai bagian dari ritual perkawinan adat Takpala untuk mas kawin atau belis dalam bahasa adat setempat (www.katcenter.info). Cukup sulit memisahkan peran moko dalam kehidupan masyarakat Alor, terutama dalam ritual perkawinan adat.

Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di Gianyar, Bali. Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti prosesi tata cara perkawinan itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya. Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk menambah koleksi barang-barang unik Anda.

Moko, Tradisi Masyarakat Takpala.
Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu. Barang-barang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko, tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.


Lokasi

Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Batas-batas geografis wilayah Kampung Takpala antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan Desa Welai Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Likwatang, serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembur Barat (www.arsitekturntt.com).

Akses

Akses menuju Kabupaten Alor sekarang sudah jauh lebih mudah. Dari Kupang, ibu kota Provinsi NTT, tersedia pesawat terbang ke Alor yang beroperasi lima kali dalam seminggu. Bahkan, ada juga maskapai pesawat yang melayani rute dari Surabaya dan Jakarta ke Bandara Mali di Alor. Sedangkan bagi Anda yang memilih menempuh perjalanan lewat jalur laut, Anda bisa memanfaatkan layanan kapal ferry. Layanan kapal laut dari Kupang ke Alor tersedia dua kali dalam seminggu (www.denmasdeni.wordpress.com).

Setelah sampai di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Anda bisa meneruskan perjalanan ke Kampung Takpala dengan menggunakan ojek sepeda motor dengan ongkos Rp20.000,- sekali jalan. Jarak antara Kalabahi dengan Takpala adalah sekitar 13 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 20 menit sampai 30 menit (www.alorguide.blogspot.com). Jika Anda memilih menumpang kendaraan umum, Anda dapat berangkat dari Terminal Kalabahi dan naik bus jurusan Bukapiting, kemudian turun di Takalelang di Desa Lembur Barat. Dari sini Anda bisa langsung meneruskan ke Kampung Takpala dengan naik motor ojek atau berjalan kaki.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Busur Panah Bisa Dibeli sebagai Buah Tangan
Busur Panah Bisa Dibeli sebagai Buah Tangan

Meski belum sepopuler obyek wisata bertaraf internasional lainnya yang ada di Indonesia, namun obyek-obyek wisata di Kabupaten Alor, termasuk Kampung Tradisional Takpala, sudah cukup sering dikunjungi wisatawan mancanegara. Untuk itulah, Pemerintah Kabupaten Alor terus berusaha meningkatkan promosi serta publikasi yang disertai peningkatan fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata di Alor.
Setelah mengnjungi obyek wisata Kampung Tradisional Takpala, Anda bisa beristirahat di hotel atau penginapan yang terdapat di Kalabahi. Di ibu kota Kabupaten Alor itu telah tersedia cukup banyak hotel atau penginapan dan fasilitas umum lainnya, seperti bank, restoran atau rumah makan, telepon umum, kantor pos dan giro, serta fasilitas publik lainnya (www.setyanovanto.info). Atau jika Anda tidak punya cukup waktu untuk kembali ke Kalabahi, penduduk Kampung Takpala dengan senang hati menyediakan rumah mereka sebagai tempat untuk Anda beristirahat.



Sumber : www.wisatamelayu.com
              www.ascensionatsea.net
              www.transnusa.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

God Blessing .... !!! Tiada kesan tanpa meninggalkan Jejak ...!!!

KOmentar FACEBOOK