Kamis, 11 April 2013

Letak Geografis Dan Mata Pencaharian Masyarakat Ngada

Letak Geografis

       Kabupaten Ngada (Bajawa) adalah salah satu dari 15 kabupaten di propinsi NTT,yang terletak di bagian tengah pulau Flores,secara geografis kabupaten Ngada terletak pada koordinat 120o, 45o dan 8o – 9o LS. 

peta administrasi bajawa
Beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan (Oktober-April) dan musim panas (Mei-September). Rata-rata curah dalam musim hujan 122 mm - 152 mm. Rangkaian pegunungan dan perbukitan merupakan kekhasan topografi kab.Ngada (Bajawa).
Gunung-gunung yang terkenal adalah Ebulobo (2.149 m), Inelika (1.631 m),Inerie (2.245 m), Lobobutu (1.800 m). Kabupaten Ngada memiliki Flora dan Fauna yang bervariasi sebagian besar sebagai petani,panorama yang indah,adat istiadat yang unik merupakan obyek wisata yang dapat dinikmati.

Mata Pencaharian

Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa masing-masing kesatuan adat istiadat di Bajawa (Ngada) mempunyai pranata ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya antara lain:

            1. Masyarakat di Kecamatan So‟a merupakan pendukung kebudayaan parawitu (kebudayaan berburu).
       2.Masyarakat dibajawa khususnya Naru,Watujaji,Mangulewa,Aimere,Bou-bou, Boripo,Nua lima zua,Langa, merupakan pendukung kebudayaan Reba (kebudayaan tahun baru dan panen).
            3. Pendukung kebudayaan bertani dalam arti luas ialah pendukung Ngadhu/Peo, yang terjadi pada sebagian adat Bajawa (Ngada) dan Kecamatan Riung.

petani ngada

Secara tradisional pola bercocok tanam sejak dahulu berkebudayaan kea kala (tebas bakar),yang di tandai dengan menebas hutan dengan pohon-pohon besar yang rindang dan tinggi.
Pekerjaan lebih mudah karena rumput yang tumbuh dibawahnya lembab dan mudah dibersikan. Dalam mencari lahan yang lebih subur,masyarakat Bajawa mengenal ungkapan “gae semu nu oe lina”. Rangkaian upacara pertanian di tandai dengan beberapa situs. Secara tradisional memilih tpemat yang cocok untuk berladang,bersawah yang memiliki serangkaian acara dengan
mengorbankan darah hewan. Hal ini karena membuka hutan baru,menebang pohon-pohon perlu mendapat ijin dari penguasa hutan.
Ritus upacara pertanian di dahului oleh satu acara memohon datangnya hujan yaitu „„Enga ae uza”, kemudian di acara “Ghoro nio” ( tarik kelapa ) dan “Kela nio” (belah kelapa) untuk memberi makan bumi, membuat dingin tanah, disusul dengan acara “Bu siu” (mengikuti suara burung), upacara ini bertujuan untuk membutakan mata burung supaya tidak melihat biji-bijian yang di tanam.
Semua pekerjaan pertanian dapat dilakukan brgotong-royong,waktu bekerja kebun baik sebelum sampai dengan sesudah menanam,rangkaian pekerjaan dilakukan dengan gotong-royong mengenal istilah “kabho tawo ne’e sozo wozo” (kerja sama dalam penggarapan tani). Bentuk gotong-royong lainnya seperti:

1.  Rau zo,Leza kaba:
Seluruh rakyat dapat diijinkan menanam penanaman pertama dan pemetikkan hasil panen untuk padi dan jagung secara simbolis tetap dilakukan oleh wanita karena mereka jugalah yang menentukan bibit terbaik dari padi dan jagung.

2. Moni uma/Doko uma/Anakola:
Acara perayaan ladang sesudah panen,hasil diikat dalam simpul-simpul dan di masukan dalam lumbung.

0 komentar:

Posting Komentar

God Blessing .... !!! Tiada kesan tanpa meninggalkan Jejak ...!!!

KOmentar FACEBOOK