Senin, 15 April 2013

Upacara adat Tege kaju / kuju lasa Kabupaten Bajawa

      Setelah upacara rebha dikebun, sore harinya ada upacara teg’e kaju secara harafiah tege kaju artinya masukan kayu (kayu api) kedalam sa’o (rumah adat) kayu api ini sudah dipotong dan dikeringkan kurang lebih satu bulan menjelang reba kayu-kayu itu dikumpulkan dipadha sa’o yaitu jenjang pertama sa’o, sa’o memiliki tiga jenjang lantai yaitu pertama padha,  kedua teda dan jenjang ketiga one. 

     Pelaksanaan upacara teg’e kaju harus dimulai dari rumah adat. Kayu dimasukan ke on’e sa’o dan diletakan di atas para-para (ke’e)yang berjarak kurang lebih 1,5 meter diatas tungkuh api didalam rumah adat. Kayu api tersebut disiapkan untuk dipakai selama upacara reba, Jenis kayunya harus kayu isi supaya bara api tetap ada, sebab selama perayaan reba masing-masing rumah tidak boleh meminta api dari rumah lain, dan selama perayaan reba tidak boleh ada yang ke kebun sebab panenannya bisa gagal.

     Yang dimaksud paling pertama ialah kaju lasa yaitu kayu reba yang belum kering betul. Kaju lasa ini ada 12 batang diletakan tersendiri paling bawah yaitu bagian bawa para-para. Kayu –kayu lain dimasukan kemudian, disusun menumpuk ke atas. Bila masa pesta reba telah selesai namum kayu-kayu tersebut masih ada maka kayu tersebut boleh digunakan untuk masak. Sedangkan kaju lasa tidak dibolehkan dipakai namun tetap disimpan sampai waktu perayaan reba tahun berikutnya. Posisi kayu dimasukan kedalam sa’o adalah bagian pangkal duluan . 

    Filsafatnya olo pu’u dhra olo lobo tupu tapa. Secara harafiah artinya kalau duluan pangkal lancer, kalau duluan pucuk akan tertahan ranting atau cabang. maka simbolisnya : segala urusan harus dimulai dari bawa atau dasar kalau dimulai dari atas akan tertahan atau terhalang. Teknik masukan kayu seseorang berdiri di padha sa’o mengambil kayu satu paersatu diberikan kepada seseorang lain yang berdiri di teda lalu diteruskan kepada seorang lainya yang sudah berdiri didalam sa’o dan menyusun keatas para-para. Sesudah kayu dimasukan semua dilanjutkan dengan upacara pemotonngan ayam didalam sa’o untuk mengesahkan upacara tege kaju tersebut. Sebelum ayam dipotong, salah seorang pemangku adat dari sa’o tersebut mengucapkan mantra zia ura manu untuk pengesahan upacara tege kaju selanjutnya saluruh warga sao (ana sa’o) besama-sama makan minum perjamuan tege kaju tersebut intinya adalah makan ber sama. Masalahnya bukan banyak sedikitnya makanan tetapi seperti filsafat "ka papa fara inu papa resi" yang artinya "makan bersama dari satu wadah, minum bergilir dari satu cangkir".

0 komentar:

Posting Komentar

God Blessing .... !!! Tiada kesan tanpa meninggalkan Jejak ...!!!

KOmentar FACEBOOK